Keynote Dalam Internasional Conference IKAFARI Dan FK UNSRI Hadirkan Keynote Dari 4 Negara berbagai Perguruan Tinggi

Palembang.sriwijayapertama.net – IKAFARI Internasional Conference (IIC) in conjunction with Sriwijaya Internasional Conference Medical Sciences (SICMS) di Ballroom Novotel Hotel Jalan R Sukamto Kecamatan Ilir Timur III Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan, Jum’at (14/11/2025)

Kegiatan conference internasional tersebut digelar secara bersamaan oleh Ikatan Farmakologi Indonesia (IKAFARI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK UNSRI), untuk melihat respon pengobatan yang lebih baik.

Dekan FK-UNSRI, Prof Dr dr H M Irsan Saleh MBiomed mengatakan bahwa saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencari obat yang betul-betul bisa bermanfaat untuk orang, karena setiap orang itu berbeda-beda efek pengobatannya.

“Apa yang menyebabkan hal tersebut, akan dikaji dalam seminar internasional ini dari berbagai aspek dan juga mencari obat-obat baru yang cocok untuk orang perorang, walaupun diberi obat dan dosis yang sama, efeknya belum tentu bagus semua,” katanya.

Ia sampaikan bahwa pemateri dalam kegiatan seminar internasional ada 10.(Sepuluh) orang terdiri dari 7 (tujuh) dari dalam dan 4 (empat) luar Indonesia.

Pemateri dari luar Indonesia yaitu Prof Taifo Mahmud PhD (Oregon State University – Amerika Serikat), Assoc Prof Shiang (Max) Lim MPharm PhD (St Vincent’s Institute of Medical Research – Australia) dan duanya dari Malaysia.

Pemateri dari Indonesia terdiri dari 3 dari luar sumatera yaitu dr Dwi Aris Agung Wijayaningsih MSc PhD (Universitas Gajah Mada), Prof Dr rer nat Dra Asmarinah MS (Universitas Indonesia) dan drh Safarina G Malik MS PhD (Mochtar Riady Institute for Nanotechnology.

Sedangkan 4 orang dari UNSRI terdiri dari, Prof Dr dr Irsan Saleh MBiomed, Prof Dr dr Radiati Umi Partan SpPD-KR MKes FINASIM, Prof Irfan Nudin dan Prof Krisna Mukti.

“Dari hasil beberapa penelitian oleh pemateri dalam kegiatan seminar internasional ini, menunjukan berdasarkan latar belakang suku seperti orang Sumatera, Jawa dan Papua, secara genetik berbeda-beda dalam kemampuan memetabolisme obat, sehingga terjadinya efek samping juga berbeda,” ujarnya Irsan.

Lanjut Irsan juga sampaikan bahwa hasil dari penelitian pemateri dari luar Indonesia, bagaimana membuat obat baru dengan basis pendekatan secara genetik dan menggunakan teknik bilogi molekuler.

“Obat-obat tersebut bukan obat alam seperti herbal -herbal biasa, tetapi yang sudah dikembangkan melalui rekayasa genetik, sehingga obat tersebut ditargetkan kepada orang tertentu, yang mungkin adanya perbedaan respon dari setiap orang,”ungkapnya.

“obat-obat tersebut sebagian masih dalam proses penelitian dan sebagian sudah diproduksi dan dipasarkan diluar.” Tandasnya Irsan (Iin P).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *