Banyuasin,Sriwijayapertama.net – Warga RT 20 dan RT 21 RW 05 Kelurahan Kedondong Raye, Kecamatan Banyuasin III, Sumatera Selatan, dibuat geram oleh aksi sepihak perusahaan penyedia jaringan internet ZTE. Perusahaan tersebut diduga nekat memasang tiang kabel tanpa mengantongi izin dari ketua RT maupun berkoordinasi dengan warga sekitar.
Puncak kekesalan warga meledak saat sejumlah pekerja ZTE secara tiba-tiba masuk ke lingkungan permukiman pada pagi hari, menggali tanah, dan memasang tiang kabel tanpa penjelasan apa pun. Mirisnya, aksi itu disebut-sebut dikawal oleh salah satu oknum perangkat Kelurahan Kedondong Raye.
“Pekerja datang tanpa pemberitahuan. Tahu-tahu gali lubang di depan rumah warga. Parahnya lagi, ketua RW yang ikut mengawal. Katanya sih atas perintah Pak Lurah,” ungkap Anang (47), salah satu warga yang merasa kesal, kamis (10/7/2025).
Menurutnya, warga baru tahu aktivitas itu dari suara bising dan gerakan para pekerja yang mondar-mandir menggali. “Nggak ada sosialisasi, nggak ada surat pemberitahuan. Ini kan kampung, bukan tanah kosong. Kami juga punya hak,” imbuhnya.
Ketua RT 21, Faisal, S.E mengaku tidak pernah diberi tahu apalagi menandatangani izin terkait pemasangan tiang tersebut.
“Sama sekali tidak ada komunikasi. Saya pun baru tahu setelah warga ribut dan kirim foto. Saya langsung turun ke lokasi,” katanya.
Menurutnya, pemasangan tiang jaringan internet seharusnya melalui prosedur resmi, termasuk permintaan izin ke ketua RT dan RW serta sosialisasi kepada warga.
“Ada jalurnya. Kita bukan anti pembangunan, tapi prosedurnya dijalankan dong. Masa langsung main gali saja, itu kan tanah milik bersama,” tegasnya.
Salah satu hal yang makin membuat warga tersulut adalah Ketua RW mengklaim bahwa pemasangan tiang sudah atas persetujuan Lurah.
“Dia bilang, ‘ini sudah perintah Pak Lurah, jangan ribut’. Lho, masa iya lurah bisa asal suruh gali tanah warga?” ujar MR, ibu rumah tangga yang di depan rumahnya dipasang tiang wifi tersebut.
Warga pun menduga ada permainan antara oknum dengan pihak perusahaan. Sebab, saat warga mencoba menanyakan surat resmi, tidak ada dokumen yang bisa ditunjukkan oleh para pekerja maupun pengawal dari kelurahan.
“Kalau benar resmi, tunjukkan dong suratnya. Tapi nggak bisa jawab. Kami curiga ini ada kongkalikong,” imbuhnya.
Merasa diperlakukan semena-mena, warga setempat mengaku siap bertindak. Bahkan beberapa di antaranya telah mencabut dan mengancam akan mencabut seluruh tiang yang telah terpasang jika tak ada klarifikasi dan permintaan maaf dari pihak ZTE.
“Kalau tidak ada penyelesaian, tiang itu kami copot,” ujar warga.
“Kami ini bukan anti teknologi. Tapi jangan semena-mena. Ini tanah kami, kampung kami, bukan proyek milik pribadi,” pungkasnya. (Tim)













